Ternyata Jepang juga Punya Tradisi Lebaran lho!
14.52.00
Hoi hoi!
Bentar lagi lebaran, yeay! Pasti tradisi mudik dan kumpul
bareng keluarga bakal menjadi pemandangan yang khas banget dan dikangenin
setiap tahunnya. Nggak cuma itu aja, macet-macetan perjalanan mudik, opor plus
ketupat-ketupatnya, sampai kembang api yang dinyalakan saat malam takhbiran
juga jadi hal yang nggak ada duanya deh. Ternyata nggak cuma Indonesia aja lho
yang punya kebiasaan mudik saat lebaran, karena orang Jepang juga mudik saat
“lebaran” tapi nggak barengan waktunya dengan kita.
Festival Obon (お盆)! Meski bukan merayakan hari kemenangan,
perayaan ini bisa dibilang agak mirip dengan tradisi lebaran kita. Karena Obon
memiliki arti sebagai masa untuk menghormati nenek moyang, selain itu juga
merupakan salah satu hari raya dalam agama Buddha.
Dalam perayaan ini, kebanyakan orang Jepang bakal mudik dan
berkumpul bersama keluarga. Mereka meyakini orang-orang yang telah meninggal
akan pulang ke rumah pada perayaan ini. Festival Obon biasanya berlangsung
selama tiga hari, dan pada hari-hari tersebut masyarakat Jepang juga libur
selama tiga hari. Memang sih cuma tiga hari, tapi kalau Obon jatuh di hari
sabtu atau minggu, maka hari libur akan bertambah. Asik banget ya, liburnya
bisa nambah.
Info sekilas tentang Obon sudah cukup ya, sekarang saatnya
lihat tradisi unik yang ada dalam festival Obon alias lebarannya orang Jepang.
Cek cek cek!
Mengunjungi makam/kubur nenek moyang (Ohaka Mairi)
Kalau di Indonesia mungkin kegiatan ini sering disebut
dengan ziarah kubur. Kegiatan ini mengunjungi makam nenek, kakek, atau leluhur
kita dengan keluarga. Nggak hanya mengunjungi aja, tapi juga berdoa bagi mereka
dan membersihkan makamnya.
Kalau ziarah kubur biasanya dilakukan sebelum mulai bulan
puasa dan setelah lebaran. Nah, kalau di Jepang, mereka akan membersihkan makam
dengan gayung dan air tertentu kemudian berdoa untuk nenek moyang. Tetapi,
ziarah ini dilakukan sebelum atau sesudah festival berlangsung. Mungkin karena
rohnya nggak nggak betah harus kelamaan tinggal di sini hihi.
Sayuran yang dibuat untuk kendaraan nenek moyang
Dalam tradisi ini, mereka membuat susunan terong dan timun
sebagai kendaraan si nenek moyang untuk kembali ke alam roh. Seperti dalam
gambar, timun dan terong ditancapkan sebagai kaki dengan bantuan sumpit dan
korek api. Tapi kenapa harus timun dan terong ya?
Dalam filosohi Jepang, timun merupakan perlambang dari kuda
yang larinya cepat, digunakan saat pulang ke rumah agar cepat sampai. Sedangkan
terong, merupakan perlambang dari sapi yang berjalan lambat, digunakan saat
kembali ke alam roh agar nenek moyang lebih lama berada di rumah.
Ritual Api selamat datang (Mukaebi)
Kalau di Indonesia lebaran disambut dengan kembang api,
mercon, dan petasan, ternyata ada kemiripan juga dengan tradisi Jepang nih.
Festival Obon disambut dengan api, tapi setiap orang akan menyalakan api dari kayu
khusus dengan tujuan memberikan tanda untuk memandu para roh kembali ke
rumahnya. Mungkin biar rohnya nggak nyasar kali yaa.
Tarian Bon (Bon Odori)
Di Jepang, festival obon juga dimeriahkan dengan tarian
sebagai salah satu ritual religi. Umumnya, tarian ini dilakukan di sekitar
yagura, yaitu sebuah panggung dimana satu orang menyanyikan sebuah lagu dan
yang lainnya memainkan alat musik tradisional seperti drum taiko.
Para penari menari secara serentak dengan gerakan yang sama
sambil mengitari yagura. Nggak tangggung-tanggung, tarian ini biasa dilakukan
dari malam hari hingga subuh lho! Udah kayak nonton wayang kulit aja ya.. Tapi
lucunya, gadis-gadis yang ikut menari di acara ini percaya kalau mereka jadi
mudah cari jodoh. Mau ikutan juga?
Mengantar kepergian roh (okuribi)
Hari terakhir festival, adalah waktunya para roh leluhur
untuk kembali ke alamnya. Untuk mengantar kepulangan para roh, mereka akan
menyalakan lentera dan melepaskannya di malam hari. Bagi mereka yang tinggal di
dekat sungai atau sengaja datang ke sungai atau laut, ada tradisi lain yang
biasa dilakukan, yakni disebut toronagashi. Dalam toronagashi, lilin dinyalakan
dalam sebuah lentera kertas lalu kemudian dialirkan ke sungai atau laut. Setiap
satu lentera yang mengalir merepresentasikan satu roh nenek moyang atau sanak
keluarga yang diantarkan.
Nah itulah beberapa tradisi unik yang ada dalam festival
Obon alias lebarannya orang Jepang. Ada mirip-miripnya juga ya ternyata, gimana
menurut kamu Oneesan?
0 komentar